Tarif GOJEK memang tidak semurah ojek langganan. Namun, tarifnya ditentukan oleh jarak dan standar jadi tidak perlu melakukan tawar-menawar dengan tukang ojeknya. Kan sering tuh, mentang-mentang sudah malam, tarif ojek jadi 3 kali lebih mahal. Nah, pakai GOJEK, tarifnya akan standar, jam berapa saja. Contoh dari Senopati ke Senayan City, akan memakan biaya 25,000 rupiah. Makanya jangan sampai lupa masukin kode “543003078” saat pesan GOJEK dan bisa gratis 50ribu loh!
Tapi sekarang pesan ojek lebih enak karena bisa langsung pakai app GO-JEK lalu ketahuan pengemudinya sedang dimana karena pakai tracking GPS. Jadi kalau pengemudinya nampak nyasar, bisa segera ditelepon supaya sampai di tempat penjemputan dengan cepat!
Sebenarnya yang bikin aku sangat salut dengan GO-JEK adalah sisi sosialnya. Bagaimana seorang tukang ojek yang dulu harus nongkrong di perempatan, sekarang sudah bisa menerima order dari mana saja selama dia menyalakan telepon genggamnya. Selain itu, no repot, karena kita ngga harus nanya harga ojeknya karena GO-JEK sudah kasih standar harga. Menurut Nadiem Makarim, CEO & Founder GO-JEK, tukang ojek sering kali menaikkan harga ojek seenak hatinya pada malam hari karena memang penghasilan hari itu masih kurang. Jadilah, kalau sudah malam pleus macet, langsung harga ojeknya dibikin mahal. Ya karena seharian baru dapat sedikit sementara makan anak istri jalan terus.
Selama Jakarta tidak hujan atau baru mau hujan, aku cenderung memakai jasa ojek. Mengapa? Malas kena macet dan juga tarif taksi yang makin mahal membuatku mengurangi frekuensi pemakaian taksi. Ojek juga bisa memotong jalan atau mencari jalan tikus. Masalah aja kalau mau lewat Sudirman karena motor dilarang lewat…
Cerita di atas hasil pengamatanku saat memakai jasa GO-JEK dan saat diundang ke GO-JEK Bloggers Gathering. Aku nampak bahagia sekali ya difoto pakai helm…
0 comments:
Post a Comment